Warga Yahudi Diakui dan Punya Hak di Iran Meski Dicap Anti-Semit

6 hours ago 6

Jakarta, CNN Indonesia --

Iran yang selama ini kerap dicap anti-semit ternyata memiliki populasi Yahudi dengan jumlah mencengangkan.

Pelabelan anti-semit bukan tanpa sebab. Iran selama ini bermusuhan dengan Israel, negara yang identik dengan Yahudi. Kedua negara tersebut kerap saling perang.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Israel sering menyebut serangan balasan ke Iran sebagai tindakan anti-semit.

Namun sebetulnya, Iran merupakan rumah bagi komunitas Yahudi yang sudah lama berdiri.

Bahkan, Iran disebut sebagai salah satu 'rumah' bagi warga Yahudi yang terbesar di kawasan Timur Tengah.

Menurut profesor madya sejarah dan studi Yahudi di Penn State University, Lior Sternfeld, mengatakan jumlah Yahudi di Iran sekitar 9.000 hingga 20.000 orang.

Namun, komunitas Yahudi yang tinggal di Iran meyakini jumlahnya mencapai 15.000 orang. Lebih dari separuh populasi Yahudi tinggal di Teheran, dan terbesar kedua di Kota Shiraz.

"Orang Yahudi di Iran menikmati sejumlah bear lembaga budaya dan agama Yahudi dan bisa menjalankan agama mereka dengan bebas," kata Sternfeld kepada media independen Yahudi Froward pada Juni lalu ke media independen Yahudi, Forward.

Banyak orang Yahudi di Iran yang merasa punya akar kuat di negara negara tersebut karena ikatan kekeluargaan yang sudah terjalin sejak ribuan tahun.

"Yahudi Iran itu orang Iran, kan? Ini rumah mereka," kata Sternfeld.

Iran bahkan pernah memiliki populasi Yahudi hingga 150.000 jiwa pada 1984.

Namun, sejak Inggris mengambil tanah Palestina untuk sesuatu yang disebut Israel, banyak warga Yahudi pindah ke sana. Mayoritas yang pindah karena peluang ekonomi yang ditawarkan Negeri Zionis.

Status warga Yahudi diakui di Iran

Iran mengakui orang yahudi secara hukum. Orang Yahudi punya perwakilan di pemerintahan seperti di parlemen atau majelis. Perwakilan Yahudi saat ini adalah Homayoun Sameh yang terpilih pada 2020.

Iran juga mengatur kursi khusus untuk minoritas agama lain seperti Zoroaster dan Asiria. Namun, Stenferld menyebut ada batasan mengenai seberapa bebas perwakilan Yahudi dalam mengkritik pemerintah.

"Menjalankan agama bukan masalah. Orang Yahudi Iran lebih sulit menjalankan hak-hak sipil yang lebih terkait situasi politik daripada kebebasan beragama," ungkap dia.

Iran juga menegakkan hukum Syariah, yang memperlakukan Muslim dan non-Muslim secara berbeda dalam urusan perdata dan hukum.

Non-Muslim di Iran tak boleh memegang jabatan senior di pemerintahan, menjabat sebagai komandan militer, atau bekerja sebagai hakim.

Kesaksian seorang Yahudi di pengadilan juga tak punya bobot yang sama dengan kesaksian orang Muslim. Selain itu, terdapat hukuman yang berbeda untuk pembunuhan, tergantung pada agama pelaku dan korban.

(isa/bac)

[Gambas:Video CNN]

Read Entire Article
Entertainment |