Jakarta, CNN Indonesia --
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengatakan Indonesia membutuhkan investasi hingga US$618 miliar atau sekitar Rp10.224,18 triliun (asumsi kurs Rp16.543 per dolar AS) untuk hilirisasi 20 komoditas unggulan dalam negeri.
Menurut Bahlil, hilirisasi memberikan banyak keuntungan bagi perekonomian dalam negeri, tidak hanya menciptakan nilai tambah, tetapi juga bisa mendongkrak lapangan kerja sampai meningkatkan pendapatan negara.
"Dari 20 komoditas lebih itu, kita membutuhkan investasi kurang lebih sekitar US$618 miliar," ujar Bahlil dalam acara Investor Daily Summit, Jakarta Convention Center (JCC), Kamis (9/10).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bahlil menyebutkan, apabila program hilirisasi itu bisa dilakukan, maka 3 juta lapangan langsung akan terbuka lebar, khususnya di sektor mineral batu bara, hingga minyak dan gas (migas).
"Saya mengambil contoh nikel. Nikel itu pada 2017-2018 ekspor kita itu hanya US$3,3 miliar. Lalu kita menyetop ekspor ore nikel. Di tahun 2023-2024 nilai ekspor kita yang tadinya cuma US$3,3 miliar, itu mencapai kurang lebih sekitar US$35 miliar-US$40 miliar per tahun," jelasnya.
Namun, ia mengakui kebijakan hilirisasi ini tidak disukai oleh banyak orang, tercermin dari aksi demonstrasi yang dilakukan saat kebijakan tersebut dilakukan.
"Contohnya adalah hilirisasi nikel, saya didemo 1,5 bulan. Mereka katakan kepada saya, 'kalau ditutup ekspor nikel, bagaimana usaha kami?' Saya katakan, sudahlah, kita ini kan sudah cukup mengirim bahan baku, sudah saatnya kita harus insaf, kalau enggak bisa insaf total, ya sudahlah insaf bertahap," terang Bahlil.
Ketua Umum Partai Golkar ini memamerkan berkat kegigihannya tetap menjalankan kebijakan hilirisasi maka Indonesia menerima dampak yang sangat positif.
"Dan sekarang apa? Dunia, kita adalah eksportir terbesar di dunia untuk bagian daripada hilirisasi, daripada industri bahan baku nikel," tegasnya menutup pembahasan.
(ldy/dhf)