CNN Indonesia
Sabtu, 19 Jul 2025 21:00 WIB

Jakarta, CNN Indonesia --
Nyaris seribu orang di Provinsi Sweida, Suriah Selatan, tewas imbas perang Suku Druze dengan Badui Arab dan diperparah dengan serangan keji militer Israel.
Lembaga pemantau hak asasi manusia Syrian Observatory for Human Rights mencatat 940 orang tewas sejak perang berkecamuk di Sweida. Laporan ini muncul setelah Suriah mengumumkan gencatan senjata di wilayah tersebut.
Dalam laporan lembaga itu sebanyak 263 milisi Druze dan 262 warga sipil Druze tewas.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"[Dari jumlah komunitas Druze yang tewas] 182 di antaranya dieksekusi secara singkat oleh pasukan Kementerian Dalam Negeri," demikian laporan Syrian Observatory for Human Rights, dikutip AFP, Sabtu (19/7).
Pasukan keamanan Suriah berada di bawah naungan Kementerian Dalam Negeri. Sementara personel militer berada di bawah kendali Kementerian Pertahanan.
Lebih lanjut, lembaga pemantau HAM itu melaporkan jumlah korban tewas termasuk 312 pasukan pemerintah dan 15 tentara tewas dalam serangan Israel.
Syrian Observatory for Human Rights juga melaporkan 21 dari komunitas Badui tewas.
"Tiga [dari 18 komunitas Badui yang tewas] dieksekusi milisi Druze," imbuh laporan tersebut.
Laporan ini muncul setelah Presiden Suriah Ahmed Al Sharaa mengumumkan gencatan senjata pada hari ini, Sabtu (19/7) di Provinsi Sweida.
Kantor Kepresidenan Suriah juga menyerukan "semua pihak untuk sepenuhnya menghormati" gencatan senjata itu,
Sweida bergejolak usai Druze dan Badui Arab berperang sejak pekan lalu. Menanggapi konflik itu, pemerintahan sementara sempat mengerahkan pasukan keamanan dan militer.
Kondisi kian parah saat militer Israel ikut campur dengan menggempur Sweida. Mereka berdalih serangan tersebut sebagai peringatan ke pasukan pemerintah dan upaya melindungi Druze.
Gencatan senjata sempat terjadi di Sweida pada 15 Juli. Namun, pertempuran antar komunitas masih terjadi dan serangan Israel juga terus berlanjut.
(nsa/agt)