Hamas Bebaskan Sandera usai Gencatan, Apa yang Terjadi Berikutya?

12 hours ago 2

Jakarta, CNN Indonesia --

Hamas membebaskan seluruh warga Israel yang menjadi sandera sejak agresi brutal Israel di Jalur Gaza Palestina berlangsung pada Senin (13/10). Pembebasan ini merupakan sebagai bagian dari kesepakatan gencatan senjata fase pertama.

Kelompok itu juga telah membebaskan empat jenazah sandera yang tewas dalam tawanan ke Israel. Dua dari jenazah itu telah diidentifikasi. Mereka yakni warga Israel berusia 26 tahun Guy Iluzz dan pelajar dari Nepal berusia 22 tahun Bipin Joshi.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Saat ini, Hamas masih menahan 24 jenazah yang tersisa. Sebagai gantinya, Israel telah melepas nyaris 2.000 tahanan Palestina termasuk tokoh terkemuka Fatah, Marwan Barghouti.

Gencatan senjata fase pertama ini tercapai pada pekan lalu melalui mediasi Qatar, Mesir, Amerika Serikat, dan Turki. Kesepakatan tersebut mencakup pertukaran tahanan dengan sandera; penarikan sebagian pasukan Israel dari Gaza dengan kondisi tertentu hingga perizinan lebih banyak bantuan kemanusiaan yang masuk ke Gaza.

Setelah kesepakatan itu, apa yang akan terjadi selanjutnya?

Hamas berulang kali menegaskan tak akan melepas sisa sandera yang ditawan sebelum Israel menarik seluruh pasukan dari Gaza dan mengakhiri agresi mereka.

Namun, setelah menekan kesepakatan tersebut Hamas mengandalkan jaminan keamanan dari Trump soal penarikan pasukan Israel dari Gaza, demikian dikutip NBC News.

Kesepakatan penarikan pasukan Israel memang tertuang dalam Peace Plan usulan Trump. Namun, sejauh ini tak ada kejelasan lebih lanjut kapan penarikan sepenuhnya akan terjadi.

Tak cuma itu, Hamas juga tak memberikan persetujuan soal angkat kaki dari Gaza dan pelucutan senjata. Dalam proposal Trump, Gaza akan dikontrol pemerintahan sementara dari komite yang disebut-sebut diketuai eks Perdana Menteri Inggris Tony Blair.

Pejabat senior Hamas Osama Hamdan sempat menyatakan kelompok tersebut tak menerima apapun pihak asing menguasai Gaza.

"Pemerintahan Gaza akan selalu menjadi bagian dari kesepakatan nasional warga Palestina dan akan dibahas selama fase kedua gencatan," kata Hamdan ke Al Jazeera pada 9 Oktober, yang dikutip media Lebanon.

Dia lalu berujar, "Kami tak akan menerima pengawasan asing. Sudah saatnya pendudukan diakhiri dan negara Palestina dengan ibu kota Yerusalem didirikan."

Hamdan juga menegaskan Hamas menolak pelucutan senjata sampai Israel betul-betul mengakhiri pendudukannya di Tepi Barat atau di sudut manapun di Palestina.

"Tak ada warga Palestina yang sepakat gencatan untuk meletakkan senjata mereka," kata dia.

Setelah gencatan senjata diteken Israel dan Hamas, sejumlah kepala negara berkumpul di Mesir dalam pertemuan puncak Perdamaian Gaza pada Senin.

Namun, KTT tersebut juga tak menghasilkan kejelasan kapan agresi Israel di Gaza berakhir. Trump hanya meninggalkan jejak yang sama seperti sebelum ada pertemuan puncak itu.

Pertemuan puncak bak perayaan sesaat setelah gencatan fase pertama tercapai. Fase kedua kesepakatan ini yang mencakup pelucutan senjata Hamas dan pemerintahan Gaza masih terus jadi tanda tanya.

Selain itu, isu lain yang juga tak kalah mendesak seperti apa fase negosiasi berikutnya di Gaza; siapa yang akan membentuk pasukan multinasional untuk menjaga perdamaian dan apa mandatnya; dan apakah negara Palestina akan pernah terbentuk, juga tak jadi pembahasan, demikian analisis CNN.

(isa/rds)

[Gambas:Video CNN]

Read Entire Article
Entertainment |