Menguji Teknik dan Mental Beregu di Polytron Superliga Junior 2025

3 hours ago 3

Menguji Teknik dan Mental Beregu di Polytron Superliga Junior 2025

"Kalau kejuaraan individu, kita kan hanya egois sama diri sendiri, selesai sudah. Tapi kalau beregu, kita menang pun belum tentu tim menang. Jadi bagaimana kita belajar, selain belajar tidak egois juga belajar kerja tim, saling dukung satu sama lain."
Susy Susanti, Legenda Badminton Indonesia

Adhy Hasmoro dari PB Djarum bersiap melakukan servis pada kedudukan 20-14 di gim kedua dalam duel lawan Radinka Regaz Pratama dari klub Taqi Arena dalam final putra U-15 di Polytron Superliga Junior 2025. Ia yang turun di partai ketiga sudah merebut gim pertama dengan skor 22-20. Selain itu PB Djarum sudah unggul 2-0.

Artinya, Adhy hanya butuh satu poin lagi untuk bisa membawa PB Djarum menjadi juara. Rekan-rekan setim Adhy sudah bangkit dari kursinya. Mereka berteriak-teriak menyambut gelar juara yang sudah ada di depan mata.

Namun satu per satu kesempatan match point terbuang. Hingga akhirnya kedudukan berubah menjadi 20-17. Suasana di lapangan kembali tegang. Rekan-rekan Adhy lebih tenang dari sebelumnya.

Dalam situasi itu, poin yang ditunggu-tunggu oleh Adhy akhirnya datang. Ia sukses menaklukkan lawan dan PB Djarum berhasil jadi juara kategori putra U-15 Polytron Superliga Junior.

Rekan-rekan setim Adhy berhamburan masuk lapangan. Mereka berteriak, bersorak, menari-nari merayakan kemenangan.

Pemandangan kemenangan PB Djarum di kategori putra U-15 hanya jadi salah satu gambaran betapa meriahnya laga final Polytron Superliga 2025. Dalam rangkaian delapan laga final, momen bahagia dan luka, suka dan duka berbalut jadi satu di lapangan.

Pada lapangan badminton berbentuk persegi panjang tersebut, pemandangan kontras terjadi di akhir duel. Tim-tim yang menang merayakan dengan sekuat tenaga, seolah tidak mengindahkan tim yang kalah dan berbalut duka serta kecewa.

Ide Superliga Junior tercetus dan dilaksanakan pertama kali pada 2016. Saat itu Djarum Foundation menilai pentingnya kehadiran turnamen beregu untuk mengasah kemampuan pemain muda Indonesia di level beregu.

Ide ini juga tak lepas dari pelaksanaan Djarum Superliga, kejuaraan beregu di level senior yang melibatkan klub dalam negeri dan luar negeri. Pelaksanaan Djarum Superliga turut menginspirasi lahirnya kompetisi sejenis untuk pemain muda.

"Superliga Junior itu kita mulai dari 2016. Waktu itu kita memang sengaja untuk mulai merambah, berpikir bagaimana kita mengadakan kejuaraan beregu untuk pemain-pemain muda," kata Direktur Superliga Achmad Budiharto saat ditemui CNN Indonesia di sela-sela penyelenggaraan tahun ini.

Di edisi awal, hanya satu kategori yang dipertandingkan, yaitu U-19 baik putra maupun putri. Piala yang diperebutkan pun diberi nama merujuk nama legenda badminton Indonesia. Piala Liem Swie King untuk kategori putra dan Piala Susy Susanti untuk kategori putri.

Satu tahun berselang, bertambah lagi satu kategori yaitu U-17. Nama Hariyanto Arbi dan Yuni Kartika dipilih sebagai nama legenda yang diabadikan pada trofi yang diperebutkan. Tim-tim dari luar negeri juga mulai ikut ambil bagian dan membuat sengit persaingan.

Perjalanan Superliga Junior terus lancar dan konsisten dari tahun ke tahun hingga kemudian pandemi Covid-19 melanda. Gelaran Superliga Junior di 2020-2022 ditiadakan, dan baru kembali bergulir di 2023.

"Sempat ada keraguan pada awalnya. Karena waktu Covid, semua dikarantina dan mungkin tidak berlatih sama sekali," ujar Budi.

"Tetapi Alhamdulillah pada waktu itu kita juga mendapatkan sambutan dari klub-klub luar negeri yang mau ikut bertanding. Oleh karena itu, edisi 2023 jadi awalan yang baik setelah Covid-19," katanya lagi.

Dua tahun sukses digelar, Superliga Junior menambah dua kategori di U-15 dan U-13 pada Polytron Superliga Junior 2025. Harapannya, pebulutangkis usia muda makin terbiasa dengan tekanan pertandingan beregu.

Khusus untuk kategori U-13, klub-klub besar tidak bisa ikut serta. Hal itu dimaksudkan agar klub-klub yang selama ini tidak masuk jajaran klub top Indonesia bisa ikut unjuk gigi di ajang Polytron Superliga Junior.

"Dari manajemen, kami ingin klub-klub kecil dikasih panggung. Diberi panggung agar bisa tampil ke panggung juara," tutur Yoppy Rosimin, Program Director Bakti Olahraga Djarum Foundation.

"Dan itu menarik sekali. Mereka saling berkompetisi dengan sangat keras. Karena ingin menunjukkan, saya bisa menjadi nomor satu di klub-klub di kategori U-13," kata Yoppy melanjutkan.

Presiden Director Djarum Foundation Victor Rachmat Hartono juga terlihat antusias menyaksikan gelaran Polytron Superliga Junior. Ia menonton langsung pertandingan, berkeliling, dan berbincang dengan sejumlah tim peserta.

Setelah menyaksikan laga semifinal yang berarti perebutan tiket final, Victor menilai standar dan level pertandingan yang tersaji di lapangan ada di level tinggi.

"Menyenangkan bahwa di Indonesia, standar badmintonnya masih tinggi. Dan juga menyenangkan karena ada tim-tim asing yang ikut meramaikan suasana," tutur Victor.

Victor berharap gelaran Polytron Superliga Junior ini juga bisa jadi kesempatan bagi klub-klub di luar klub besar untuk mencuri perhatian.

"Makanya di U-13 kan enggak ada klub besar. Sengaja, kami mau klub-klub level medium, yang sekarang kuatnya mungkin di umur 13, untuk lebih kelihatan."

"Harapannya, jujur, saya berharap mereka dapat sponsor sehingga dapat dana lebih banyak untuk mengelola klub. Dengan menang, bisa punya CV Baru. 'Oh, klub ini menang Superliga Junior U-13'," ungkap Victor.

Taman Bermain dan Bertumbuh Pemain-pemain Andalan

Superliga Junior sudah berlangsung selama satu dekade. Tak pelak, banyak pemain yang tumbuh dan berkembang bersama turnamen ini.

Dalam deret tim-tim pemenang yang ada, terdapat wajah-wajah yang tidak asing di dunia badminton Indonesia saat ini.

Chico Aura Dwi Wardoyo, Apriyani Rahayu, Phita Haningtyas Mentari, Putri Kusuma Wardani, Leo Rolly Carnando, dan Daniel Marthin adalah sejumlah contoh pemain yang pernah merasakan sengit dan panasnya atmosfer turnamen beregu di Superliga Junior.

Pengalaman di turnamen Superliga Junior turut melengkapi kemampuan mereka.

Bahkan ajang Superliga Junior sudah memberikan dampak langsung terhadap prestasi Indonesia. Pemain-pemain yang pernah ditempa oleh Superliga Junior berhasil membawa kejayaan untuk Indonesia.

Momen itu terjadi di Piala Suhandinata yang merupakan kasta tertinggi di turnamen beregu di level junior. Pada edisi 2019, Indonesia pertama kali berhasil mengangkat trofi Piala Suhandinata sejak turnamen tersebut digelar.

Nama-nama yang mengisi skuad Indonesia di babak final seperti Daniel Marthin, Indah Cahya Sari Jamil, Putri KW, Bobby Setiabudi, Febriana Dwipuji Kusuma, Putri Syaikah, dan Leo Rolly Carnando adalah sosok-sosok yang pernah diuji kemampuannya di Superliga Junior.

Khusus untuk Leo dan Daniel, keduanya juga sudah tergabung dalam skuad Indonesia yang memenangkan Piala Thomas 2020 di 2021.

Lima tahun berselang setelah perdana jadi juara di Piala Suhandinata, Indonesia kembali berhasil mengangkat trofi yang sama.

Menariknya, line up Indonesia di partai final saat itu yang diisi Mutiara Ayu Puspitasari, Isyana Syahira Meida/Rinjani Kwinara Nastine, Darren Aurelius/Bernadine Anindya Wardana, Moh Zaki Ubaidillah, dan Anselmus Prasetya/Pulung Ramadhan semuanya berasal dari PB Djarum.

Mereka turut terbentuk sebagai pemain dengan mental tangguh di kejuaraan beregu lantaran dipoles kerasnya persaingan di Superliga Junior.

"Kita sudah berhasil merebut Piala Suhandinata. Luar biasa itu. Susah itu karena dulu kan China-Korea, China-Korea [yang menang]," ucap Yoppy.

"Begitu kita merebut sekali, berarti apa yang kita lakukan, membina beberapa tahun sebelumnya untuk usia 17 dan 19 itu teruji benar. Siapapun, dari manapun, tim Indonesia nantinya sudah teruji," katanya lagi.

Victor juga menyatakan Indonesia sejatinya tidak tertinggal dalam peta kekuatan di level junior. Piala Suhandinata yang dimenangkan pada edisi 2024 jadi bukti terakhir.

"Indonesia perkembangan juniornya jelas tidak tertinggal. Buktinya, di tahun 2024 kita menang World Junior Championship di China, di kandangnya lawan," kata pria berusia 53 tahun itu.

"Jadi kita sama sekali gak ketinggalan. Memang prestasinya yang dewasa kurang bagus hari ini, tetapi saya yakin dalam beberapa tahn lagi, kita akan kembali berprestasi lagi," tutur Victor.

Setelah secara bertahap memanggungkan sejumlah kategori hingga akhirnya kini memiliki empat kategori dari U-19, U-17, U-15, dan U-13, Superliga Junior benar-benar membuat anak tangga secara bertahap untuk membentuk kesiapan pemain-pemain Indonesia untuk menghadapi turnamen beregu di masa depan.

"Saya pertama kali main beregu, ketegangannya beda. Kalau perorangan itu kan kita mikirnya sendiri. Kita kalah, ya sudah sedih sendiri. Tapi kalau beregu, bebannya lebih," ucap legenda badminton Indonesia, Liliyana Natsir.

Dalam pandangan Liliyana, para pemain muda akan merasakan berbagai situasi di Polytron Superliga Junior. Mereka bisa merasakan saat harus main di partai pertama dan dibebani rasa takut akan kekalahan yang bisa mempengaruhi partai selanjutnya. Para pemain bisa merasakan bermain saat kondisi tim tertinggal.

"Dengan kejuaraan ini dari usia mereka, para pemain sudah belajar bahwa main di kejuaraan beregu tidak bisa egois, tidak bisa memikirkan diri sendiri."

"Jadi perubahan mindset itu bagus banget untuk bisa didapatkan di kejuaraan di level usia mereka. Kalau sudah di Pelatnas kan pemain sudah siap tempur saja. Cuma, soal mindset dan cara pikir perbedaan tampil di perorangan dan beregu ini yang bisa mereka dapat di kejuaraan ini," kata Liliyana.

Susy Susanti juga menegaskan bahwa turnamen Polytron Superliga Junior bisa jadi penegasan pada atlet muda tentang dimensi yang berbeda saat atlet tampil di kejuaraan beregu dibanding saat tampil di sektor individu.

"Kalau kejuaraan individu, kita kan hanya egois sama diri sendiri, selesai sudah. Tapi kalau beregu, kita menang pun belum tentu tim menang. Jadi bagaimana kita belajar, selain belajar tidak egois juga belajar kerja tim, saling dukung satu sama lain."

"Dengan semakin banyak pertandingan seperti ini, tidak hanya memotivasi, tetapi juga menyiapkan mental atlet-atlet untuk belajar. Tidak hanya secara individu, tetapi juga secara beregu untuk bertanding, juga untuk belajar bertanggung jawab," ujar Susy.

Satu Dekade Terlewati, Superliga Junior Makin Dinanti

Sejak titik awal di 2016, Superliga Junior berarti sudah melalui satu dekade pelaksanaan. Turnamen ini jadi saksi penting tumbuh kembang para pemain-pemain berbakat menjadi pemain andalan di masa depan.

Pada Polytron Superliga Junior 2025, total ada 654 atlet yang berlaga. Klub-klub yang bermain pun datang dari delapan negara.

Jumlah tersebut meningkat dibandingkan edisi 2024. Hal itu tak lepas dari bertambahnya kategori U-13 dan U-15 yang dipertandingkan di edisi 2025.

Penambahan kategori tersebut, yang selaras dengan bertambahnya jumlah atlet dan pertandingan, membuat lokasi pertandingan berpindah tempat. Bila sebelumnya Superliga Junior digelar di

Klub terjauh yang terbang ke Kudus adalah Global Badminton Academy yang berasal dari Amerika Serikat. Klub ini dimiliki oleh legenda Indonesia, Tony Gunawan dan Etty Gunawan. Etty mendampingi tim Global Badminton Academy yang bermain di kategori putri U-19.

"Terima kasih banget undangan dari Djarum Foundation. Selain itu, para pemain ada yang akan berlaga di BWF World Junior Championship jadi ini bekal buat mereka," ucap Etty.

"Karena mereka jadi bisa melihat posisi mereka. Saat ini mereka masih kalah kuat dari pemain-pemain Asia tetapi mereka bisa belajar banget. Jadi tahu, kalau kalah, kalahnya di mana. Kalau mau tambah [porsi latihan], tambahnya di mana," katanya lagi.

Global Badminton Academy sendiri cukup unjuk gigi dan menembus babak semifinal kategori putri U-19. Audrey Chang sebagai salah satu pemain Global Badminton Academy mengaku memetik pengalaman berharga.

"Saya rasa ini adalah pengalaman yang sangat baik karena kami tidak memiliki prtandingan seperti ini di Amerika."

"Saya rasa ada lebih banyak tekanan karena ini adalah laga beregu. Kalau kalah, hal itu berdampak pada tim. Tetapi saya pikir pertandingan seperti ini membantu saya belajar bagaimana bermain di bawah tekanan," kata Audrey Chang.

Pengalaman berharga juga dirasakan Polandia yang ikut tampil di Polytron Superliga Junior 2025. Bagi Polandia, berlaga di Kudus, tepatnya di GOR yang jadi markas PB Djarum adalah sebuah pengalaman yang sangat berarti.

"Sangat menakjubkan, semua kategori sangat bagus, lebih baik daripada di Polandia, dan mungkin lebih baik daripada di seluruh Eropa," puji sang pelatih Polandia.

"Tentu saja saya merekomendasikan PB Djarum karena infrastrukturnya luar biasa. PB Djarum punya fasilitas seperti klub sepak bola di Eropa. semuanya luar biasa, tempat yang luar biasa," ucapnya lagi.

Polytron Superliga Junior ini bersifat invitasi alias tim-tim yang jadi peserta adalah tim yang diundang, tentunya dengan melihat track record tim yang bersangkutan.

Selain itu, ada pula klub-klub yang aktif menghubungi untuk bertanya tentang slot dan ketersediaan ruang agar klub mereka bisa ikut serta. Lebih mengagumkannya lagi, menurut Budi, ada klub yang sudah mulai berpikir untuk melakukan booking agar bisa diajak serta untuk gelaran Superliga Junior tahun depan.

"Malah ada beberapa negara yang kali ini tidak diundang, sudah mulai menanyakan. 'Tahun depan ada lagi nggak?'. Seperti klub China, mereka sudah mulai ancang-ancang, mereka tertarik untuk datang ke sini," ucap Budi.

"Ketika kami mengundang beberapa negara, itu juga karena kami ingin mendapatkan negara-negara yang punya kemampuan kompetitif. Karena ini juga penting bagi pemain-pemain muda Indonesia untuk mendapatkan gambaran perkembangan bulu tangkis di negara-negara tetangga seperti apa.”

Kebahagiaan bukan hanya jadi milik PB Djarum tim putra U-15 melainkan tujuh tim lainnya di hari final Polytron Superliga Junior 2025, Minggu (21/9). Ketujuh tim tersebut adalah Jaya Raya Solo (putra U-13), Champion Klaten (putri U-13), Exist (putri U-15), Exist (putra U-17), Granular (putri U-17), PB Djarum (putra U-19), dan Banthongyord (putri U-19).

Para pemain berpelukan di lapangan. Membentuk lingkaran dan menari berputar-putar merayakan keberhasilan.

Air mata bahagia pecah di antara pelukan-pelukan kebahagiaan. Rasa bangga terus terpancar hingga mereka berdiri di podium kemenangan.

Kemenangan di Polytron Superliga Junior hari ini, tentu diharapkan kembali terwujud di ajang bergengsi lainnya di dunia badminton saat mereka lulus dari masa junior nanti.

Read Entire Article
Entertainment |