Jakarta, CNN Indonesia --
Minum segelas matcha telah menjadi tren dalam beberapa waktu terakhir. Namun, seorang wanita asal Maryland, Amerika Serikat (AS), justru harus dirawat di rumah sakit gara-gara rutin minum matcha.
Lynn Shazeen (28) mulai mengenal matcha pada Mei 2025 lalu. Minuman berwarna hijau itu pun langsung menjadi favoritnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Matcha memang dikenal kaya akan antioksidan yang berperan penting untuk kesehatan jantung.
Matcha pun menjadi ritual mingguan Shazeen. Paling banyak, ia meminum dua gelas matcha latte setiap pekan.
Pada Juli lalu, Shazeen merasa ada yang tak beres dengan tubuhnya. Ia terus merasa lelah tanpa alasan jelas.
"Saya merasa semakin lelah, gatal, dan sering kedinginan. Begitu gejala-gejala semakin parah, saya tahu itu waktunya untuk memeriksakan diri," ujar Shazeen, melansir Newsweek.
Ilustrasi. Meski menyehatkan, minum matcha juga harus dibatasi. (iStockphoto/WeBond Creations)
Shazeen pun memeriksakan diri ke rumah sakit. Hasil pemeriksaan darah memberikan hasil mengejutkan. Shazeen mengalami anemia berat.
Shazeen sendiri diketahui telah lama mengidap anemia. Namun, konsumsi matcha memperburuk kondisi tersebut.
Anemia adalah kelainan darah yang ditandai dengan rendahnya kadar sel darah merah. Kelelahan merupakan gejala anemia yang paling umum. Gejala lainnya meliputi nyeri dada, pusing, sering infeksi, sakit kepala, sesak napas, dan palpitasi jantung.
Seorang dokter Parth Bhavsar mengatakan, matcha dapat bertindak sebagai 'penangkap zat besi'. Hal ini dapat mencegah zat besi memasuki aliran darah. Padahal, zat besi sangat dibutuhkan untuk produksi sel darah merah.
"Matcha adalah teh hijau bubuk yang mengandung polifenol, yang pada dasarnya mengikat zat besi di usus dan menghambat penyerapannya," ujar Bhavsar.
Menurut Bhavsar, mengonsumsi matcha berdekatan dengan waktu makan akan menghambat penyerapan zat besi.
"Cara mudah untuk mengatasinya adalah dengan menikmati matcha di sela waktu makan. Anda juga bisa memadukan makanan nabati kaya zat besi dengan vitamin C, yang dapat meningkatkan penyerapan dan menangkal efek negatif matcha sampai batas tertentu," jelas Bhavsar menyarankan.
Setelah kadar zat besinya turun drastis di bulan Juli, kini Shazeen berhenti mengonsumsi matcha. Ia lebih sering minum teh saat ini. Hasilnya, ia merasa jauh lebih baik.
"Saya tahu efeknya [matcha terhadap kesehatan]. Makanya saya minum 1-2 kali seminggu. Tapi, ternyata itu pun sudah banyak. Saya tidak bisa membayangkan orang-orang yang sangat sering meminumnya," ujar Shazeen.
(asr/asr)