Jakarta, CNN Indonesia --
Serangan udara Israel menghantam kantor polisi di Jabalia, Gaza Utara, pada Kamis waktu setempat dan menewaskan sekitar 53 warga Palestina.
Serangan ini dilakukan tak lama setelah militer Israel mengeluarkan perintah evakuasi baru ke warga di dua wilayah di Gaza Utara.
Berdasarkan laporan Reuters, dua rudal yang ditembakkan Israel itu menghantam sebuah kantor polisi yang terletak di dekat pasar. Akibatnya, 10 orang dilaporkan tewas dan puluhan warga terluka.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun, pasukan Zionis mengklaim menyerang pusat komando Hamas dan kelompok jihad Islam di Jabalia. Dalih Israel, tempat itu digunakan kelompok militan untuk merencanakan dan melakukan serangan terhadap pasukan Israel.
Israel lagi-lagi mendengungkan alasan klasik soal kelompok militan Palestina telah mengeksploitasi warga sipil dan fasilitas umum untuk tujuan militer.
Tuduhan 'lama' itu pun dibantah Hamas maupun faksi lainnya.
Panglima militer Israel, Letnan Jenderal Eyal Zamir mengancam akan melakukan serangan yang lebih besar di Gaza jika sandera yang ditawan Hamas pada 7 Oktober 2023 tidak dibebaskan.
"Jika kami tidak melihat kemajuan dalam pengembalian sandera dalam waktu dekat, kami akan memperluas kegiatan kami ke operasi yang lebih besar dan lebih signifikan," kata Zamir saat mengunjungi pasukannya di Gaza, Kamis (24/4) dikutip AFP.
Otoritas kesehatan Palestina mencatat serangan Israel lainnya di Gaza Utara menewaskan sekitar 34 warga sipil. Secara total, serangan Israel kali ini di seluruh wilayah kantong mengakibatkan 53 warga Palestina tewas.
Otoritas kesehatan Palestina juga melaporkan sistem kesehatan Gaza telah hancur oleh agresi brutal Israel sejak Oktober 2023.
Warga mengatakan mereka datang ke wilayah itu usai Israel memerintahkan untuk mengungsi dari lokasi sebelumnya. Serangan berlangsung malam hari, saat sebagian warga tertidur di tempat-tempat pengungsian.
PBB telah memperingatkan perintah evakuasi Israel yang meluas di seluruh Gaza mengakibatkan 'pemindahan paksa' warga ke daerah-daerah yang terus menyusut. Mereka memperkirakan sebagian besar dari 2,4 juta penduduk Gaza telah mengungsi, setidaknya sekali sejak perang dimulai.
Sebelumnya, militer Israel mengeluarkan perintah evakuasi kepada warga sipil Palestina yang tinggal di dua wilayah Gaza Utara, yakni Beit Hanoun dan Sheikh Zayed, pada Kamis (24/4). Perintah evakuasi dilakukan menjelang rencana serangan pasukan Zionis ke dua wilayah tersebut.
"Kepada semua warga sipil Jalur Gaza yang tinggal di wilayah Beit Hanoun dan Sheikh Zayed, ini adalah peringatan awal dan terakhir... Segera bergerak ke arah barat menuju Kota Gaza!" kata juru bicara militer berbahasa Arab Avichay Adraee di X.
Israel berdalih penyerbuan dilakukan lantaran ada aktivitas teroris yang sedang berlangsung, serta adanya tembakan oleh penembak jitu terhadap pasukan IDF di wilayah tersebut.
"IDF beroperasi secara intensif di wilayah tersebut, setiap lokasi tempat aktivitas teroris dilakukan akan diserang," kata Adraee.
Gencatan Israel-Hamas berakhir pada 18 Maret lalu. Setelah itu, Israel kembali membombardir Gaza hingga menewaskan 1.900 orang, yang mayoritas warga sipil Palestina. Ratusan ribu orang telah mengungsi saat Israel menyerang.
Israel menyatakan operasi militer yang sedang berlangsung sangat penting untuk mengamankan pembebasan para sandera yang tersisa.
Namun, banyak keluarga sandera maupun ribuan pengunjuk rasa di Israel yang mengkritik keras tindakan pemerintahnya karena terus melanjutkan serangan dibanding mencapai kesepakatan.
(pta)