Dari Panggung Musik ke Ruang Ide: Natasha Udu Hadirkan Perspektif Baru di Ideafest 2025

2 weeks ago 20

Fimela.com, Jakarta Sahabat Fimela, di tengah banyaknya kreativitas anak muda Indonesia yang semakin tak terbendung, ruang-ruang berkumpul untuk bertukar ide dan saling menginspirasi menjadi semakin penting. Industri kreatif kini bukan lagi sekadar tempat berkarya, melainkan wadah bagi banyak mimpi, eksperimen, dan kolaborasi lintas disiplin.

Setiap tahunnya, terdapat inovasi baru yang lahir dari tangan-tangan kreatif lokal, mulai dari panggung musik hingga layar lebar, dari dapur kuliner hingga dunia digital. Di tengah semangat itulah, Ideafest kembali hadir sebagai salah satu festival kreatif terbesar yang selalu ditunggu para pelaku industri. Memasuki tahun ke-14, Ideafest 2025 membawa energi baru melalui tema besar “(Cult)ivate the Culture”, sebuah ajakan untuk tidak hanya merayakan budaya Indonesia, tetapi juga menumbuhkan dan merawatnya agar tetap relevan di era modern.

Selama tiga hari, dari 31 Oktober hingga 2 November 2025, lebih dari 500 pembicara nasional dan internasional serta 120 sesi inspiratif hadir di Jakarta International Convention Center (JICC) Senayan. Mulai dari film, musik, teknologi, kuliner, hingga komunitas, seluruhnya bersatu membentuk percakapan baru tentang masa depan kreativitas Indonesia. Di antara ratusan nama yang tampil di Ideafest 2025 dan membagikan perspektifnya, satu figur berhasil menarik perhatian dengan sudut pandang yang segar: Natasha Udu, vokalis Lomba Sihir sekaligus VP Operations serta Head of Partnership & Commercial Sun Eater, melalui sesi bertajuk “Entering Music Industry If You’re Not a Musician.”

Merawat Budaya, Membangun Ekosistem Kreatif

Survei GoodStats menunjukkan bahwa lebih dari 70% anak muda Indonesia optimis budaya lokal dapat mendunia. Optimisme inilah yang menjadi fondasi IdeaFest 2025. Budaya dipandang bukan sekadar warisan, tetapi ekosistem yang hidup dan terus berevolusi lewat film, kuliner, mode, sastra, sampai musik.

Co-Chair IdeaFest 2025, Ben Soebiakto, bahkan menegaskan bahwa para pelaku kreatif perlu menjadi cultivator, bukan sekadar konsumen budaya. Dengan digitalisasi dan ekonomi kreatif yang terus tumbuh, nilai tambah ekonomi kreatif Indonesia pada Semester I 2024 mencapai Rp 749,58 triliun, ekosistem ini kini semakin siap diperkuat oleh kolaborasi lintas sektor.

Di sinilah kehadiran Natasha Udu bersama tim dari Sun Eater terasa relevan: figur kreatif yang hidup di persimpangan antara seni, bisnis, dan strategi. Yang membuat sesi ini begitu mengena adalah pengalamannya yang unik, di satu sisi Natasha Udu merupakan vokalis Lomba Sihir, namun di sisi lain ia bekerja penuh waktu sebagai VP Operations Sun Eater.

“Di weekdays aku kerja 9-to-5 di Sun Eater. Weekend baru jadi vokalis Lomba Sihir,” ucapnya sambil tersenyum.

Visual, Narasi, dan Data: Formula Baru Industri Musik

Melalui posisinya di Sun Eater, Natasha menunjukkan bahwa seorang artis kini dapat dikelola layaknya sebuah brand. Visual bukan lagi sekadar pelengkap, tetapi menjadi “wajah pertama” yang membentuk kesan publik.

Cerita dan narasi yang dibangun di sekitar artis bahkan lebih penting daripada sekadar merilis lagu. Di balik panggung, peran tim non-musisi juga sangat besar, mereka membantu memperpanjang umur karya, menjaga konsistensi persona artis, hingga memastikan setiap langkah strategis selaras dengan arah kreatif yang ingin dibangun.

Mulai dari kolaborasi brand, performance fee, strategi rilis, hingga perencanaan kampanye jangka panjang, semua keputusan diambil berdasarkan data dan pemahaman mendalam terhadap perilaku audiens. Ia juga menjelaskan bahwa tidak semua musisi memiliki blueprint yang sama.

“Kami treat tiap artis kayak entitas berbeda. Kebutuhannya beda, ritmenya beda, ceritanya juga beda.”

Menghilangkan Mitos: Jadi Musisi Harus Punya Skill Teknis

Saat salah satu peserta bertanya bagaimana memulai sebagai musisi ketika peralatan dan software terasa mahal, Natasha memberikan jawaban jujur dan menenangkan.

“Aku nggak bisa main alat musik. Aku nggak bisa pakai software produksi. Dari dulu bikin lagu cuma rekam di voice note.” Menurutnya, perjalanan seorang musisi justru lebih banyak ditentukan oleh koneksi, kolaborasi, keikhlasan menjalani proses, dan ketekunan berlatih.

“Yang penting kamu nggak jalan sendiri. Koneksi itu penting banget,” kata Natasha. Ia bahkan menyebut proses pembentukan Lomba Sihir ibarat Avengers, kumpulan orang dengan kekuatan berbeda yang disatukan pada momen tepat.

Dengan ratusan sesi inspiratif dan figur-figur berpengaruh seperti Natasha Udu, Ideafest 2025 bukan sekadar festival, tetapi ruang untuk mendapatkan perspektif baru, keberanian baru, dan mungkin  jalan baru untuk masa depanmu. Sahabat Fimela, jangan lewatkan kesempatan ini. Yuk datang ke Ideafest 2025, rayakan kreativitas, dan jadi bagian dari gerakan untuk menumbuhkan budaya Indonesia.

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Read Entire Article
Entertainment |