LPS Financial Festival, CT Bicara Soal Fenomena 'Rojali' dan 'Rohana'

18 hours ago 3

Surabaya, CNN Indonesia --

Pendiri CT Corp Chairul Tanjung menyoroti tantangan serius sektor ritel dan pusat perbelanjaan (mal) di tengah penurunan daya beli masyarakat yang tercermin dari fenomena Rojali (rombongan jarang beli) dan Rohana (rombongan hanya nanya).

Fenomena ini, kata pria yang akrab disapa CT itu, bukanlah sekadar candaan, tapi cerminan kondisi ekonomi riil yang harus dihadapi pelaku usaha.

"Ini Rojali-Rohana ini, soal mal, jadi memang kita akui daya beli masyarakat turun, itu harus kita akui," ujar CT saat berbicara di LPS Financial Festival 2025 di Dyandra Convention Center, Surabaya, Rabu (6/8).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

CT mengatakan, penyebab pertama turunnya daya beli masyarakat adalah 10 juta kelas menengah turun menjadi kelas bawah.

"Yang pertama, kelas menengah turun. Itu dari statistik sampaikan akhirnya tahun lalu sudah hampir 10 juta kelas menengah kita turun ke kelas bawah," ucapnya.

Kedua, pemutusan hubungan kerja (PHK) yang masif di berbagai sektor juga ikut melemahkan daya beli masyarakat dan mempengaruhi kunjungan ke pusat perbelanjaan.

"PHK banyak sekali di mana-mana, sehingga pasti berpengaruh ke daya beli," ujarnya.

Karena itu, CT menyebut pelaku usaha mal harus berani keluar dari cara-cara konvensional dan mengikuti perubahan perilaku konsumen.

"Cara mengatasinya tentu kita nggak bisa business as usual. Artinya, tidak bisa melakukan sesuatu seperti keadaan baik-baik saja," ucap dia.

Ia mencontohkan, saat ini mal bukan lagi sekadar tempat belanja, tapi sudah menjadi destinasi kuliner dan hiburan.

"Tren sekarang orang datang ke mal ngapain? Shopping? Enggak. Orang datang ke mal sekarang makan. Makanya jualan makanan. Makanan pun harus yang kekinian," tuturnya.

Bahkan, ia menyoroti tren makanan yang semakin unik dan tak terduga hanya demi memenuhi selera pasar anak muda.

"Anak sekarang semua harus pakai keju. Kopi aja dibikin ada kopi pakai keju. Ini aneh, tapi kekinian. Nggak bisa berlangsung lama. Karena kekinian sekarang, tahun depan sudah nggak kekinian lagi. Creating lagi sesuatu baru, artinya kreativitas jadi kata kunci," ucap dia.

CT juga melihat mal kini berkembang menjadi ruang interaksi sosial dan pusat hiburan keluarga. Aktivitas olahraga dan wellness seperti pilates, yoga, dan gym menjadi magnet baru di banyak pusat perbelanjaan.

"Orang cari hiburan ke mal. Mulai dari nonton bioskop, main permainan, anak-anak main. Tren sport lagi luar biasa. Aktivitas wellness seperti pilates, seperti yoga, fitness center. Jadi, follow the trend," katanya.

Ia mengatakan filosofi bisnis yang ia pegang sampai sekarang yakni kemampuan memproyeksikan masa depan dan mengambil peluang dari sekarang.

"Siapa yang bisa ikuti tren, dalam bahasa saya di CT Way, siapa yang bisa membeli masa depan dengan harga sekarang, itu yang akan sukses," pungkasnya. 

[Gambas:Video CNN]

(frd/sfr)

Read Entire Article
Entertainment |