Negara Ini Dicap Sangat Tidak Aman, Apa Penyebabnya?

3 hours ago 4

Jakarta, CNN Indonesia --

Iring-iringan mobil Presiden Ekuador Daniel Noboa yang sedang membawa bantuan menuju Provinsi Cañar, tiba-tiba dikepung oleh sekitar 500 massa pada Selasa (7/10).

Mereka bukan hanya mengepung tapi juga melemparkan batu. Dilansir Reuters, Menteri Lingkungan Hidup dan Energi Ines Manzano mengungkapkan ada "tanda-tanda kerusakan akibat peluru" di kendaraan presiden.

Atas kejadian itu, Manzano secara resmi mengajukan laporan upaya pembunuhan terhadap Noboa. Ia juga memastikan Noboa tidak terluka dan lima orang telah ditahan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ini bukan serangan yang pertama terhadap orang nomor satu di Ekuador. Pada akhir September lalu juga terjadi, di tengah demo besar-besaran yang menuntut kesejahteraan hidup mereka, antara lain memprotes harga bahan bakar minyak (BBM).

Kisah penyerangan terhadap sang presiden, menyimpan sisi kelam di negara di ujung barat Amerika Latin itu. Dalam tiga tahun terakhir, Ekuador disebut sebagai negara paling tidak aman di Amerika Latin. Pemicunya adalah geng kriminal yang makin merajalela, terorganisir dan melakukan kejahatan tanpa ampun.

Salah satu keberanian para geng kriminal ini adalah mereka merangsek dan menyandera ke dalam stasiun televisi TC di kota Guayaquil, kota terbesar dan pusat ekonomi negara itu, pada 2024 silam. Mereka menyandera semua orang di studio televisi itu selama 15 menit.

Para anggota geng tersebut bersenjatakan berbagai jenis senjata api dan granat. Drama penyanderaan itu terekam dalam siaran langsung. Seantero Ekuador terguncang. Insiden ini menjadi berita di berbagai media di seluruh dunia.

Presiden Noboa yang kala itu belum lama dilantik, harus mengakui kondisi negaranya yang jatuh kungkungan para penjahat.

"Ekuador tenggelam dalam "konflik bersenjata internal", kata Presiden Daniel Noboa, kala itu.

Bukan saja penyanderaan awak stasiun televisi tapi juga penyerbuan penjara, menahan sipir, dan menculik anggota kepolisian juga penjarahan besar-besaran di ibu kota, Quito. Berbagai peristiwa kriminal itu terjadi hanya beberapa hari setelah presiden mengumumkan keadaan darurat.

Masih di tahun 2024, tepatnya pada Desember, negeri itu juga diguncang perkara kriminal yang mengerikan. Empat bocah laki-laki Ekuador pergi bermain sepak bola, tetapi tidak pernah kembali.

Beberapa pekan kemudian mayat ditemukan telah dimutilasi. Kasus empat anak itu kemudian dikenal dengan sebutan "Los Cuatro de Guayaquil" atau "Guayaquil Four". Guayaquil adalah kota terbesar di sana yang kini jadi pusat perdagangan narkoba.

Mereka empat anak Ekuador yang ditahan anggota tentara dan kemudian hilang. Mengutip BBC, Ayah dari para remaja itu mengatakan bahwa seorang pria yang tidak pernah menyebutkan identitasnya menghubungi istrinya dan memberi tahu bahwa anak-anaknya telah ditahan oleh militer.

Kasus "Guayaquil Four"-yang muncul hanya beberapa pekan sebelum pemilihan presiden pada 9 Februari lalu, telah memicu perdebatan mengenai kebijakan kekerasan ala Noboa, yang mencakup penerapan keadaan darurat dan penangguhan hak-hak sipil tertentu.

Hal ini juga memicu protes di negara tersebut yang, walaupun terbatas, telah menarik perhatian organisasi internasional seperti Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), yang komisi HAM-nya telah mendesak Ekuador untuk menyelidiki kasus tersebut.

Paling tidak aman menurut survei

Survei Gallup pada tahun 2022 menempatkan Ekuador sebagai negara peringkat pertama negara paling tidak aman di Amerika Latin. Hal itu dipicu oleh meningkatnya kekerasan geng, perdagangan narkoba, dan kerusuhan sipil pada tahun 2022.

Hampir dua dari tiga (64%) warga Ekuador yang diwawancarai tahun lalu mengatakan mereka tidak merasa aman berjalan sendirian di malam hari di tempat tinggal mereka.

Situasi ini merupakan perubahan yang cepat dan dramatis bagi negara di Andes ini. Hanya lima tahun yang lalu, Ekuador berada di peringkat negara teraman di kawasan ini, dengan mayoritas penduduknya (52%) merasa aman berjalan sendirian di malam hari.

Dikutip dari situs Gallup, status Ekuador sebagai negara paling tidak aman di Amerika Latin pada tahun 2022 bukanlah prestasi yang mudah di kawasan yang negara-negaranya secara rutin menempati peringkat paling tidak aman di dunia.

Venezuela telah menduduki peringkat paling tidak aman di kawasan ini-dan seringkali di dunia-di sebagian besar tahun penyelenggaraan Jajak Pendapat Dunia. Namun, situasi keamanan di Venezuela membaik pada tahun 2022, dengan 53% merasa tidak aman berjalan sendirian di malam hari, turun dari 67% pada tahun sebelumnya.

Situs perjalanan pun memberikan peringatan bagi wisatawan yang ingin melancong ke negara yang punya hutan hujan luas ini.

"Bersikaplah sangat hati-hati di Ekuador karena tingginya tingkat kejahatan, pengumuman ini ditulis pada 6 Oktober 2025," demikian peringatan dari situs travel.gc.ca.

Pada tahun 2023, polisi mencatat sekitar 8.000 kematian akibat kekerasan. Angka ini delapan kali lebih banyak dibandingkan tahun 2018 dan menempatkan Ekuador di atas negara-negara seperti Meksiko dan Kolombia. Dari kasus ribuan itu hanya ratusan saja yang berhasil diungkap.

Bersambung ke halaman berikutnya...


Read Entire Article
Entertainment |