Fimela.com, Jakarta Ada hal-hal yang tak bisa dijelaskan hanya dengan kata-kata. Seperti wangi yang tiba-tiba tercium dari baju bersih di jemuran, lalu seketika membawa kita pada satu sore yang jauh—barangkali di sebuah kamar sempit penuh tawa, atau di tengah riuh obrolan yang kini hanya tinggal gema. Aroma memang punya cara sendiri dalam menyimpan, lalu mengembalikan kenangan. Ia tak pernah lupa, bahkan ketika kita sudah lama tak mengingat.
Dalam dunia yang serba cepat dan penuh distraksi ini, karya-karya yang mengajak kita untuk sejenak berhenti dan merasa, menjadi semacam oasis. Di sanalah {02} Pink Laundry menemukan tempatnya, sebuah film pendek yang tak hanya menampilkan visual dan cerita, tetapi juga menghidupkan kembali sesuatu yang tak kasatmata: emosi lewat aroma.
Disutradarai oleh Khozy Rizal, sutradara muda yang dikenal akan kepekaannya terhadap isu dan emosi personal, film ini lahir dari kolaborasi kedua antara Alchemist Fragrance dan Palari Films. Bukan sekadar eksperimen sinematik, melainkan bentuk eksplorasi artistik tentang bagaimana wewangian dapat menjadi bahasa lain yang menghubungkan manusia dengan memorinya yang paling dalam.
Aroma, Kenangan, dan Sebuah Film Pendek yang Personal
Setelah sukses dengan debut film pendek pertamanya, {04} Home Garden, Alchemist Fragrance kembali menghadirkan karya sinematik yang menyentuh, {02} Pink Laundry. Dirilis bersama Palari Films, film ini merupakan kolaborasi yang mempertemukan kekuatan narasi dengan kepekaan aroma. Disutradarai oleh Khozy Rizal—sutradara film Little Rebels Cinema Club pemenang Crystal Bear di Berlinale 2025, dan Basri & Salma in a Never-ending Comedy yang berkompetisi di Cannes 2023—film ini mengangkat cerita emosional yang terinspirasi dari parfum best-seller Alchemist {02} Pink Laundry.
Film ini mengisahkan perjalanan emosional seorang mahasiswi arsitektur bernama Indi (diperankan Tatjana Saphira) yang tinggal di Kyoto, Jepang. Kehidupan Indi yang mandiri tiba-tiba saja terguncang tatkala ia menerima sebuah pesan dari ibunya, Rina (diperankan Maudy Koesnaedi), sosok yang sudah lama menghilang tanpa penjelasan.
Ketika ia sedang mencuci pakaian, tiba-tiba saja Indi menemukan sebuah sweater pink milik ibunya, yang kemudian memicu gelombang kenangan dan luka lama. Dari laundry kecil di Kyoto hingga jalanan berselimut bunga sakura, penonton diajak menyelami dilema hati Indi: membuka diri untuk berdamai atau tetap melangkah tanpa bayang-bayang masa lalu?
Alasan Pemilihan Film sebagai Medium Ekspresi
Naya Tinanda Nabila, CEO Alchemist Fragrance, memandang film sebagai medium yang sangat kaya. "Film menggabungkan cerita, musik, dan karakter. Ini medium yang tepat untuk menyampaikan semangat kami," ujarnya. Baginya, film adalah karya yang tak lekang oleh waktu dan memiliki kekuatan untuk meninggalkan kesan mendalam. Ia berharap {02} Pink Laundry dapat menjadi karya yang tak hanya menginspirasi, tapi juga menjadi pengingat hangat tentang pentingnya koneksi emosional, aroma, dan kenangan dalam hidup kita.
Tatjana Saphira: Kisah Universal yang Dekat dengan Hati
Tatjana Saphira mengaku naskah film ini sangat resonate dengan pengalaman pribadinya bersama sang ibu. Ia merasa bahwa tema yang diangkat—kerinduan, luka masa lalu, dan hubungan ibu-anak—adalah sesuatu yang universal dan dirasakan oleh banyak orang. "Cerita ini sangat dekat dengan hati saya karena mengangkat hal-hal yang mungkin saya alami dulu. Jadi saat memerankan Indi, saya benar-benar bisa merasakan setiap emosi yang ada dalam skrip," ungkapnya. Pendekatan personal ini membuat penampilannya sebagai Indi terasa autentik dan menyentuh.
Menginspirasi Keberanian dan Koneksi Emosional
Khozy Rizal berharap {02} Pink Laundry dapat menghadirkan pengalaman yang tak hanya visual, tapi juga sensorik dan emosional. Ia ingin film ini mengajak penonton berani keluar dari zona nyaman, menghadapi luka lama, dan menemukan keberanian baru dalam hidup—seperti yang dilakukan Indi. Lebh lanjut, Muhammad Zaidy, selaku produser dari Palari Films, menambahkan bahwa ia berharap audiens bisa terkoneksi dengan berbagai "feeling" yang ada dalam film ini, baik secara emosi maupun memori. Ia melihat film ini sebagai ruang refleksi—bersama keluarga, diri sendiri, dan kenangan yang mungkin sudah lama tersembunyi.
Tayang Terbatas dan Bisa Disaksikan Gratis
Film pendek {02} Pink Laundry akan tayang secara terbatas dan gratis di beberapa bioskop Indonesia. Jadwal penayangannya meliputi XXI Senayan City Jakarta pada 31 Mei 2025, CGV 23 Paskal Bandung pada 7 Juni 2025, dan XXI Plaza Indonesia Jakarta pada 14 Juni 2025. Pendaftaran untuk menonton dapat dilakukan dengan mengisi formulir registrasi di akun Instagram @alchemist.fragrance. Bagi yang tidak sempat menonton di bioskop, film ini juga akan dirilis secara daring dalam tiga episode pada 28 Mei, 30 Mei, dan 2 Juni 2025 melalui kanal YouTube, Instagram, dan TikTok @alchemist.fragrance.
Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.