Pakar Sebut Xi Jinping Paling Diuntungkan Selama Trump Presiden AS

2 hours ago 1

Jakarta, CNN Indonesia --

Presiden China Xi Jinping menjadi pemimpin dunia yang paling diuntungkan dari kembalinya Donald Trump ke Gedung Putih.

Pakar hubungan internasional asal Inggris, Bill Emmott mengatakan kebijakan Trump yang kerap mengasingkan sekutu-sekutu AS di kawasan Indo-Pasifik memberi ruang bagi China untuk tampil seolah sebagai pemimpin global.

"Tidak diragukan lagi bahwa pemimpin dunia yang paling senang dengan Trump kembali berkuasa, selain Trump sendiri, adalah Presiden Xi Jinping," ucap Emmott dalam kolomnya di The Mainichi.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ia menambahkan, Xi bahkan tidak berusaha menyembunyikan kegembiraannya dalam KTT Organisasi Kerja Sama Shanghai (SCO) di Tianjin maupun parade militer di Beijing untuk memperingati 80 tahun kemenangan China atas Jepang.

Emmott menilai langkah Trump mengenakan tarif impor dan mengancam mitra-mitra Indo-Pasifik membuat banyak pemimpin negara justru hadir dalam agenda Xi, termasuk India dan Vietnam, yang sebelumnya menjadi mitra strategis bagi Amerika.

"Ini adalah pameran dari 'self-harm' Amerika, sama besarnya dengan pertunjukan daya tarik China," ujarnya.

Independensi India

Meski beberapa negara, termasuk Indonesia dan Malaysia, memiliki kebijakan lama menjaga hubungan baik dengan AS maupun China, Emmott menekankan bahwa negara-negara seperti Rusia, Iran, dan Korea Utara hadir bukan karena kekuatan, melainkan kelemahan.

"Semua hadir sebagai vasal yang membayar penghormatan kepada tuan besar mereka di Beijing," kata dia.

Ia menambahkan, Rusia menghadapi kesulitan menguasai wilayah di Ukraina, Iran mengalami kerusakan reputasi militer akibat Israel, dan Korea Utara tetap bergantung pada dukungan China.

Kehadiran Perdana Menteri India Narendra Modi, menurut Emmott, merupakan simbol bahwa India tetap independen.

"Modi hadir untuk menunjukkan bahwa India adalah negara yang bangga dan mandiri, yang tidak akan diintimidasi oleh siapa pun, termasuk China," ucapnya. Ia menegaskan bahwa hubungan strategis Jepang-India tetap relevan sebagai penyeimbang terhadap China.

Emmott juga menyoroti sisi ekonomi. China, meskipun mengumbar klaim sebagai kekuatan global yang "tak terbendung," menghadapi masalah pertumbuhan akibat populasi menurun dan menua, serta utang publik yang tinggi.

Potensi eskalasi di Indo-Pasifik

Sementara itu, AS kemungkinan menghadapi kesulitan ekonomi akibat tarif tinggi dan utang yang meningkat, serta terganggu oleh konflik politik domestik terkait upaya Trump memperluas kekuasaan kepresidenan.

"Jika Presiden Xi melihat AS semakin terpecah, dengan sekutu dan mitra asing yang menjauh, ia mungkin hanya duduk dan menikmati situasi," kata Emmott. Namun, risiko bagi kawasan tetap ada.

Xi bisa saja menguji kelemahan AS melalui peningkatan tekanan terhadap Filipina di Laut China Selatan atau, lebih berani, menargetkan Taiwan.

Selain itu, parade militer Xi dan KTT SCO juga menegaskan keberlanjutan poros Sino-Rusia. Proyek pipa gas Siberia yang diumumkan menunjukkan ketergantungan timbal balik kedua negara semakin dalam, sekaligus menandai bahwa fokus Xi bukan membangun tatanan dunia baru, melainkan memanfaatkan momen Amerika yang terisolasi.

"Saat itulah Presiden Xi akan benar-benar mengetahui apakah China memang tak terbendung, dan konsekuensinya bisa menjadi bencana bagi kita semua," tegas Emmott, memperingatkan potensi eskalasi ketegangan di Indo-Pasifik.

(dna)

Read Entire Article
Entertainment |