FFI Genap 70 Tahun, Menbud Fadli Zon Sebut FFI Representasi Keberagaman Budaya Bangsa

1 month ago 18

Fimela.com, Jakarta Ada kabar baik bagi Sahabat Fimela, pecinta dan para pembuat film Indonesia untuk kembali menampilkan karya-karya terbaiknya di acara bergengsi skala nasional, Festival Film Indonesia (FFI) 2025. Sudah resmi diluncurkan pada Selasa, 1 Juli 2025, di Rumah Kaca Melati, Hutan Kota by Plataran, Jakarta, tahun ini, FFI mengusung tema "Puspawarna Sinema Indonesia" untuk mencari film-film terbaik di atas yang terbaik. Tema yang diusung juga menjadikannya sebuah perayaan besar atas keberagaman warna, suara, dan ekspresi budaya dalam perfilman tanah air. Tema ini mencerminkan kekayaan kultural yang menjadi kekuatan utama sinema nasional.

Peluncuran ini juga bukan sekadar menandai dimulainya rangkaian FFI 2025, tetapi juga menjadi momen penting dalam sejarah panjang perfilman Indonesia. Pasalnya, tahun ini FFI genap berusia 70 tahun menemani para talenta-talenta berbakat para pemain dna pembuat film, sejak pertama kali diselenggarakan pada 1955. Dalam perjalanannya, FFI telah menjadi panggung utama apresiasi dan barometer perkembangan industri film di Indonesia.

Dalam suasana khidmat dan penuh semangat, Menteri Kebudayaan Republik Indonesia, Fadli Zon, turut hadir dan menyampaikan sambutannya. Ia menekankan pentingnya FFI sebagai "festival puncak" yang tidak hanya merayakan film, tetapi juga budaya dan identitas nasional yang terkandung di dalamnya.

Menbud Fadli Zon Sebut FFI Adalah Representasi Budaya dan Inspirasi Nasional

Dalam pidatonya, Menteri Kebudayaan Fadli Zon menyebut FFI sebagai representasi nyata dari keberagaman budaya bangsa Indoensia. “Festival Film Indonesia adalah salah satu wadah penting untuk mendorong lahirnya film-film terbaik karya sineas tanah air. Kita ingin film Indonesia semakin terlihat di dunia internasional,” ujarnya.

Fadli juga menekankan bahwa keberagaman merupakan kekuatan utama budaya Indonesia yang harus terus dirayakan dan dilestarikan lewat film-film menakjubkan yang akan meramaikan FFI tahun ini. Tema "Puspawarna" dipilih sebagai simbol dari banyaknya warna dan cerita yang lahir dari berbagai daerah, etnis, dan perspektif di Indonesia. Melalui film, seluruh perbedaan ini bisa disatukan dalam bingkai identitas bangsa yang utuh.

Menurutnya, FFI tidak hanya menjadi suatu tempat yang hanya memberikan penghargaan saja, tapi juga sarana diplomasi budaya, penggerak ekonomi kreatif, dan media refleksi atas kondisi sosial. Dalam konteks 70 tahun penyelenggaraannya kali ini, FFI dianggap sangat berhasil menjadi ruang inklusif yang menginspirasi generasi muda untuk ikut membangun sinema Indonesia makin mendunia. 

Ada Harapan Baru dari Komite FFI: Dari Animasi Hingga Festival Daerah

Ketua Umum Komite FFI 2025–2026, Ario Bayu, dalam kesempatan yang sama juga ikut menyoroti kemajuan industri film Indonesia dalam satu tahun terakhir. Ia menyebut peningkatan kualitas teknis, naratif, dan kehadiran genre baru, terutama dari film animasi Indonesia menjadi salah satu sinyal positif bahwa film Indonesia tengah menuju arah yang lebih kuat dan berdaya saing global. 

"FFI tahun ini diharapkan jadi momen selebrasi sekaligus refleksi," ujar Ario. Ia juga menekankan pentingnya kolaborasi lintas sektor, mulai dari pemerintah, asosiasi profesi, hingga komunitas film. Salah satu bentuknya adalah program Road to FFI yang tahun ini akan menjangkau festival-festival lokal di berbagai daerah Indonesia.

Ketua Bidang Program FFI, Prilly Latuconsina, juga ikut menyampaikan bahwa pendekatan tahun ini lebih menyentuh para komunitas, mulai dari daerah hingga kota besar “Kami ingin memberi ruang bagi sineas daerah untuk menunjukkan karya yang kaya akan budaya lokal,” tuturnya. FFI juga akan mengadakan dialog inspiratif dengan tokoh film untuk menyemangati generasi muda agar makin percaya diri menekuni industri ini.

Arah Baru Penjurian dan Ajakan untuk Berpartisipasi dalam FFI 2025

Ketua Bidang Penjurian FFI 2025, Budi Irawanto, menjelaskan adanya penyempurnaan sistem penjurian yang kini menggabungkan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Hal ini dilakukan agar penilaian terhadap film tidak hanya mempertimbangkan sisi artistik, tetapi juga capaian industri dan relevansi sosial.

Dalam peluncuran ini, struktur lengkap Komite FFI 2025–2026 juga diperkenalkan, termasuk tokoh-tokoh penting seperti Ein Halid, Aryani Lydia, Rahajeng Paramesrani, hingga Rangga Djoned. Tak ketinggalan, dua publik figur yang telah lama terlibat dalam dunia seni peran, yaitu Sheila Dara dan Ringgo Agus Rahman juga ditunjuk sebagai Duta FFI 2025.

Sebagai penutup, FFI 2025 secara resmi membuka pendaftaran karya film dan kritik film mulai 1 Juli hingga 31 Agustus 2025. Seleksi dan penjurian ini akan berlangsung dari September hingga Oktober. Puncaknya ada pada malam penganugerahan Piala Citra yang dijadwalkan akan dilaksanakan pada November 2025.

Dengan semangat "Puspawarna Sinema Indonesia", FFI 2025 diharapkan bukan sekadar panggung penghargaan, tetapi juga ruang dialog, selebrasi, dan konsolidasi menuju ekosistem perfilman nasional yang makin tangguh, inklusif, dan mendunia.

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

  • via indriyani
  • Nabila Mecadinisa
Read Entire Article
Entertainment |